Jakarta: Perum Bulog menyiapkan strategi menghadapi potensi inflasi pada September 2018. Pelemahan mata uang rupiah dari mata uang dolar Amerika Serikat (USD) juga bakal diantisipasi dengan penyerapan ketersediaan stok pangan dari dalam negeri.
"Kalau beras kita impor itu berkaitan dengan nilai kurs dolar, itu sangat mahal, kami berusaha justru penyerapan ke dalam," ujar Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, di Gudang Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa, 4 September 2018
Buwas memastikan pihaknya tak akan mengambil jatah izin impor dari pemerintah selama ketersediaan stok beras dari dalam negeri masih terpenuhi. Stabilisasi harga terus dilakukan dengan operasi pasar yang menyasar langsung masyarakat selain menyuplai pasar tradisional.
"Sekarang ini sudah banyak beras kita yang diserap dari dalam negeri. Itu cukup untuk digunakan seperti sekarang (operasi pasar)," tuturnya.
Secara nasional stok beras Bulog kini telah mencapai 2,6 juta ton. Jumlah tersebut dipastikan bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri berikut ketersediaan cadangan beras pemerintah yang diserap dari petani lokal. Penyerapan stok beras Bulog yang melimpah ini diharapkan bisa segera dimanfaatkan.
Terlebih, masih kata dia, Bulog hanya menyediakan beras jenis medium yang kualitas mutunya baik untuk dikonsumsi. "Saya berharap terus digunakan agar tidak menumpuk. Kalau menumpuk dan tidak digunakan akan turun mutu. Ini risiko karena kita beli pakai uang pinjam dari bank," ucap Mantan Kepala BNN ini.
Lebih lanjut, Buwas menegaskan, Bulog bakal mengantisipasi perkembangan harga gabah di tingkat petani sehingga Harga Eceran Tertinggi (HET) beras Bulog di pasaran tetap bisa dijangkau.
"Beras di Bulog tidak pernah naik. Kami sekarang ini kendalikan HET Rp8.700 per kg. Kalau beli di Bulog langsung itu Rp8.100 per kg. Silakan kalau mau datang ke sini naik motor beli 25 kg atau 50 kg harganya tetap Rp8.100 per kg," tutupnya.
(ABD)
No comments:
Post a Comment